Ilustrasi Bank Sentral (Foto: sepedaku.org) |
Kripto.Biz.id, 8 November 2023 - Bank Sentral Uni Emirat Arab (CBUAE), bekerja sama dengan lembaga pengatur lainnya di negara ini, baru-baru ini merilis serangkaian panduan komprehensif yang ditujukan untuk mengatur penyedia layanan aset virtual (VASP) yang beroperasi di Uni Emirat Arab. Panduan ini datang sebagai tanggapan terhadap pentingnya aset digital dalam lanskap keuangan global dan komitmen untuk efektif memerangi kejahatan keuangan.
Panduan baru yang dikeluarkan mencakup beragam regulasi yang dirancang untuk mengatur aktivitas VASPs dalam yurisdiksi Uni Emirat Arab. Salah satu elemen sentral dari kerangka regulasi ini adalah persyaratan bagi VASPs untuk mendapatkan dan menjaga lisensi yang sesuai untuk beroperasi di dalam negeri. Kegagalan melakukannya dapat mengakibatkan sanksi signifikan, termasuk sanksi keuangan terhadap entitas VASP, pemiliknya, dan manajer senior.
Komite Anti-Pencucian Uang Nasional dan Pemberantasan Pembiayaan Terorisme dan Pembiayaan Organisasi Ilegal (NAMLCFTC), bekerja sama dengan CBUAE, telah menerbitkan daftar yang dikenal sebagai "Tanda Bahaya" bagi VASPs. Daftar ini berfungsi sebagai referensi untuk mengidentifikasi pihak-pihak mencurigakan yang terlibat dalam aktivitas aset virtual. Beberapa indikator kunci termasuk ketiadaan lisensi regulasi, memberikan janji-janji yang tidak realistis, praktik komunikasi yang buruk, dan kurangnya pengungkapan regulasi.
Otoritas regulasi, termasuk CBUAE, mengharapkan semua lembaga keuangan berlisensi (LFIs), bisnis dan profesi non-keuangan yang ditunjuk (DNFBPs), dan VASPs berlisensi untuk waspada dalam melaporkan segala transaksi yang melibatkan pihak-pihak mencurigakan. Panduan tersebut menekankan pentingnya mekanisme pelaporan pelanggaran untuk melaporkan segala informasi terkait aktivitas aset virtual tanpa lisensi. Sistem pelaporan ini akan membantu otoritas regulasi dalam upaya mereka untuk menjalankan hukum dan melindungi sistem keuangan Uni Emirat Arab.
Yang Mulia Khaled Mohamed Balama, gubernur CBUAE dan ketua NAMLCFTC, menekankan pentingnya panduan ini dalam konteks perkembangan ekonomi digital yang semakin pesat. Balama menyatakan bahwa seiring dengan aset digital semakin mudah diakses, upaya untuk memerangi kejahatan keuangan semakin intensif untuk memastikan integritas sistem keuangan Uni Emirat Arab.
Selain memperkuat kerangka regulasi keuangan Uni Emirat Arab, panduan baru ini juga merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menghapus Uni Emirat Arab dari "daftar abu-abu" Financial Action Task Force (FATF). Penunjukan ini mengindikasikan kekurangan dalam rezim Anti-Pencucian Uang (AML) dan Pemberantasan Pembiayaan Terorisme (CTF) suatu negara, bersama dengan komitmen untuk mengatasi masalah tersebut dalam kerangka waktu yang disepakati.
Pada Maret 2022, Uni Emirat Arab ditempatkan dalam daftar abu-abu FATF dan tunduk pada pemantauan yang lebih intensif akibat kekurangan dalam AML dan CTF. Namun, Uni Emirat Arab telah melakukan reformasi signifikan untuk mengatasi masalah ini. Dengan pembaruan terbaru dalam kerangka regulasi AML dan CTF-nya, negara ini berada dalam posisi yang baik untuk kemungkinan keluar dari daftar abu-abu dalam waktu dekat.
Irina Heaver, seorang pengacara terkemuka Uni Emirat Arab, mengungkapkan optimisme tentang prospek Uni Emirat Arab, dengan menyebutkan bahwa kepatuhan yang konsisten terhadap standar FATF dapat mengarah pada penghapusan negara ini dari daftar abu-abu. Tinjauan FATF berikutnya, yang dijadwalkan pada April atau Mei 2024, akan memainkan peran penting dalam menentukan status Uni Emirat Arab dalam standar keuangan global ini.
Panduan baru ini dan komitmen Uni Emirat Arab terhadap reformasi regulasi adalah bukti dari dedikasi negara ini untuk menjaga sistem keuangan yang kuat, memerangi kejahatan keuangan, dan selaras dengan standar internasional dalam lanskap yang terus berkembang dari aset digital dan teknologi keuangan.
0 Comments